Sabtu, 17 Desember 2011

Kiat Menjadi Remaja Muslim Yang Sukses


Apakah “Sukses” itu?

“Sukses adalah proses perjuangan untuk menjadi lebih”.

Bagaimana Kiat Meraih “Sukses”?

Kesuksesan adalah dambaan setiap orang. Sukses belajar, bekerja, atau sukses dalam bidang-bidang lain. Namun banyak orang yang bertanya,”Kiat apakah yang harus kita tempuh agar kita menjadi orang yang sukses?”

Jawabannya:
“Kembangkanlah semua aspek dalam diri kita secara terus menerus dengan cara: mula-mula jadikanlah diri kita lebih baik, baik secara mental maupun secara spiritual,  sebelum kita melakukan dan memiliki lebih banyak”
Mental yang membaja adalah kunci sukses dalam kehidupan. Tetapi ingat, mental yang membaja jika tidak di dasari dengan iman dan taqwa hanya akan membawa kehancuran dan malapetaka, sebab hanya dengan mental yang kuat yang di dasari dengan iman dan taqwa yang akan dapat membawa manusia kepada kesuksesan dan kebahagian.

Langkah Pertama Untuk Mencapai Kesuksesan:

“Berfikir Ikhlas dan Positif Sambil Menghadapkan Diri Kepada Allah dan Rasul”

”Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan rezeki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).”(Q.S. Ghaafir [40]:13)
Kunci pertama kesuksesan adalah taqwa kepada Allah dan taat kepada Rasulullah SAW. 
Sesungguhnya di dalam ketaatan kepada Allah itu tersimpan kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak dapat di capai, kecuali dengan berulang kali menghadapi cobaan. Karena itulah taatilah Robb-mu dengan sikap tabah menghadapi cobaan, agar kalian mendapatkan kenikmatan dalam beribadah dan kebahagiaan dalam taqwa, sehingga kalian dapat merasakan dan mengetahui nikmatnya ibadah. 
Yakin dengan teguh dan mantap, bahwa kebaikan itu adalah apa yang Allah pilihkan buatmu dan bukan yang engkau pilih buat dirimu sendiri. Jangan mengikuti hawa nafsu, jangan mengerjakan sesuatu yang tidak berguna, dan jangan taat pada makhluk, baik mulia atau hina (dalam pandanganmu) sehingga menghalangi dirimu untuk taat dan beribadah pada Robb-mu.

Langkah Kedua Untuk Mencappai Kesuksesan:

”Berbakti Kepada Orang Tua”

Salah satu langkah untuk mencapai kesuksesan adalah berbakti kepada orang tua, karena anak yang berbakti kepada orang tua akan mendapatkan rezeki yang penuh berkah dari Allah. 
Nabi saw bersabda:
“Dari Anasr.a. ia berkata, ”Nabi saw bersabda” barang siapa yang ingin diperpanjang dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada orang tuanya dan menyambung tali silaturahmi.” (HR. Ahmad)

Langkah Ketiga Untuk Mencapai Kesuksesan:

“Berfikir atau Menuntut Ilmu”

Dalam ungkapan yang sangat popular dikatakan:
“barang siapa yang menghendaki keberuntungan dunia maka harus dengan ilmu pengetahuan, barang siapa yang menghendaki keberuntungan di dalam kehidupan akhirat, maka harus dengan ilmu pengetahuan. Dan barang siapa yang menghendaki keberuntungan dunia dan akhirat, maka harus dengan ilmu pengetahuan.”
Berdasarkan pada ungkapan di atas, jelaslah di sini bahwa ilmu pengetahuan adalah salah satu kunci mencapai kesuksesan danderajat tinggi. Hal sama juga di katakan  Al-Quran:
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu lakukan.” (QS. Al-Mujadalah [58]: 11)
Ilmu pengetahuan yang baik yang di barengi dengan ketakwaan kepada yang Maha Kuasa adalah salah satu kunci kesuksesan duniawi dan ukrawi.

Langkah Keempat Untuk Mencapai Kesuksesan:

“Gemar Membaca”

Membaca adalah salah satu langkah untuk mencapai kesuksesan, sebab membaca menyebabkan kita mendapat ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan itulah yang menyebabkan kita menjadi sukses. Ilmulah yang di wariskan para Nabi kepada kita. Dengan memiliki ilmu pengetahuan, manusiaakan meraih kemudahan dan keberuntungan di dalam kehidupan, mencapai kesuksesan di dunia maupun akhirat. Oleh karena itulah, maka ayat pertama dalam Al-Quran yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah ayat yang berisi perintah membaca.
Dengan membaca, pengetahuandan ilmu kita akan bertambah. Selanjutnya ilmu dan pengetahuan ini akan memberi pengaruh pada kepribadian dan kematangan pola pikir kita.  Dengan banyak membaca, seseorang mengetahui cara dan langkah yang tepat untuk mengembangkan kepribadian dalam rangka menggapai kehidupan di dunia dan di akhirat.

Langkah Kelima Untuk Mencapai Kesuksesan:

“Mengembangkan Bakat Yang Kita Miliki”

Mengenali bakat diri sendiri adalah salah satu cara mencapai kesuksesan. Kita perlu mengenal dan mengembangkan bakat kita masing-masing. Mengapa? Karena kemampuan manusia terbatas,  seseorang mungkin bisa melakukan suatu hal yang menurut orang lain sulit, namun di sisi lain ia tidak mampu melakukan pekerjaan yang menurut orang lain mudah. Artinya, setiap orang memiliki kemampuan di bidang terentu. Oleh karena itu, kembangkanlah bakat yang kalian punya untuk mencapai kesuksesan.

Langkah Keenam Untuk Mencapai Kesuksesan:

“Menjaga Akhlak Dengan Kepribadia Yang Simpatik”

“Kepribadian yang simpatik” adalah salah satu kunci dalam kesuksesan yang sangat penting. Kepribadian atau akhlak yang baik ,seperti kejujuran, murahsenyum, suka bersilaturahmi, menghargai waktu, menghargai peranan orang lain untuk kita, dan sebagainya, akan membawa kita ke jenjang kesuksesan. Hargailah orang lain, berlaku sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bila engkau lebih cepat dalam memahami masalah, janganlah sekali-kali kamu menghina temanmu dengan kata-kata ataupun perbuatanmu sembari menunjukan kebolehanmu dalam membahas atau menangani suatu masalah. Manfaat ke baikan yang kita lakukan pada hakikatnyaakan kembali kepada kita.
“Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri” (QS. Al-Isra’[17]: 7)
Langkah Ketujuh Untuk Mencapai Kesuksesan:

“Gunakanlah Kesempatan Belajar Dengan Sebaik-Baiknya”

Gunakanlah kesempatan belajar dengan sebaik-baiknya. Jadikanlah sekolah sebagai wahana meletakan dasar-dasar pengembangan kemampuan, baik kemampuan berfikir (IQ), kemampuan spiritual (SQ), maupun keterampilan. Jika guru/dosen sudah memulai pelajaran, janganlah kalian mengalihkan perhatian belajar kalian dengan cara mengobrol dengan teman atau melamun saat materi pelajaran disampaikan. 
Berlaku sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bilaengkau lebih cepat dalam memahami masalah, janganlah sekali-kali kamu menghina temanmu dengan kata-kata ataupun perbuatanmu sembari menunjukan kebolehanmu dalam membahas atau menangani suatu masalah.
Sesungguhnya ilmu adalah amanah, barangsiapa yang menggunakannya di jalan kebatilan, maka berarti ia telah menyia-nyiakan amanah dari Allah. Perbanyaklah mudzakarah (mengkajiulang) pelajaran yang telah kalian dapatkan, berusahalah untuk mengerti arti yang terkandung di dalamnya, kemudian tanamkan pengertian itu dalam hati, karena ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang kalian fahami, bukan sesuatu yang kalian hafal.

Sumber:
CARA BIJAK Mengatasi REALITAS HIDUP Remaja Muslim
Karya:
Hj. R. Adjeng Ratna Suminar, SH., MM.

Minggu, 11 Desember 2011

Kepemimpinan

Pada hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri. Dalam lingkungan organisasi harus ada pemimpin yang secara ideal dipatuhi dan disegani oleh bawahannya. Kepemimpinan dapat terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila dilingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi, sedang kepemimpinan informal terjadi, di mana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.

Dalam pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan terdapat beberapa kesamaan. Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan dengan fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam al-Qur'an:

Artinya: “Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlak yang agung”. (Q. S. al-Qalam: 4)

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa Rasullullah memang mempunyai kelebihan yaitu berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan memang tidak lagi diragukan. Kepemimpinan Rasullullah memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam harus berusaha meneladani kepemimpinan-Nya.

Definisi kepemimpinan menurut Rost adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Menurut Danim kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Yukl kepemimpinan didefinisikan sebagai proses-proses mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas kerja untuk mencapai sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.

Dari beberapa teori yang ada Stogdill menghimpun sebelas definisi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan sebagai pusat proses kelompok, kepribadian yang berakibat, seni menciptakan kesepakatan, kemampuan mempengaruhi, tindakan perilaku, suatu bentuk bujukan, suatu hubungan kekuasaan, sarana pencapaian tujuan, hasil interaksi, pemisahan peranan dan awal struktur.

Definisi tentang kepemimpinan memang sangat umum dan sulit untuk ditetapkan dalam satu definisi yang dapat mengakomodasikan berbagai arti yang banyak dan spesifik untuk melayani pengoperasian variabel tersebut. Dari beberapa pengertian di atas pengertian kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut itu berinteraksi.

Aktivitas kepemimpinan memang sangat penting dalam suatu organisasi, di mana pentingnya pemimpin dan kepemimpinan yang baik telah diuraikan oleh Mohyi sebagai berikut:
a. Sebagai pengatur, pengarah aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan.
b. Penanggung jawab dan pembuat kebijakan-kebijakan organisasi.
c. Pemersatu dan memotivasi para bawahannya dalam melaksanakan aktivitas organisasi.
d. Pelopor dalam menjalankan aktivitas manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan serta pengelolaan sumber daya yang ada.
e. Sebagai pelopor dalam memajukan organisasi dll.

Secara teoritis dalam manajemen, kepemimpinan harus mempunyai beberapa kriteria, karena kepemimpinan merupakan hal yang paling mendasar bagi kelangsungan suatu kelompok organisasi untuk meghantarkan, mencapai tujuan. Menurut Tanthowi kriteria kemampuan yang harus ada pada seorang pimpinan adalah sebagai berikut:
1) Melihat organisasi secara keseluruhan.
2) Mengambil keputusan.
3) Melaksanakan pendelegasian.
4) Memimpin sekaligus mengabdi.
Pemimpin merupakan pribadi yang memiliki ketrampilan teknis, khususnya dalam suatu bidang, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas, demi pencapaian tujuan organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki born leader dianggap mempunyai sifat unggul yang dibawa sejak lahir, sifatnya khas dan unik, tidak dimiliki atau tidak dapat ditiru oleh orang lain. Namun pada masa sekarang dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang serba modern dan kompleks, di mana-mana selalu dibutuhkan pemimpin.

Pada umumnya seseorang yang diangkat menjadi pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dibandingkan dengan orang-orang yang dipimpinnya, di mana kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya sifat-sifat yang dimiliki berkaitan dengan kepemimpinannya. Kelebihan sifat ini merupakan syarat utama menjadi seorang pemimpin yang sukses. Berkaitan dengan masalah sifat-sifat pemimpin sebagai syarat utama kepemimpinan banyak pakar yang mengajukan pendapatnya, diantaranya menurut Slikbour menyatakan bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu meliputi 3 hal, yaitu:
a) Kemampuan dalam bidang intelektual.
b) Berkaitan dengan watak.
c) Berhubungan dengan tugas sebagai pemimpin.
Keberhasilan sekolah untuk mencapai tujuannya antara lain sangat ditentukan oleh kehandalan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya. Peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat berpengaruh untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuannya secara efektif dan efisien sangatlah ditentukan oleh kehandalan kepemimpinan seorang pemimpin.

Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Jadi, pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat. Kepemimpinan sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal tersebut dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Mu’minun:

Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Mukminun 8-11)

Selain dalam Al Qur’an Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam Haditsnya agar dapat menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun dihadapan Allah SWT. Hal itu dijelaskan dalam Hadits berikut:
را ع و كلكم مسئو ل عن ر عيته كلكم…
Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya (H. R. Bukhori)

Di samping dalam hadits di atas Rasulullah juga mengingatkan pada Hadits lain agar umatnya tidak menyia-nyiakan amanah, karena hal tersebut akan membawa kehancuran. Penjelasan tersebut dijelaskan dalam Hadits beliau:
إذا اضيعت الأما نة فا نتظر السا عة قيل كيف اضاعتها يا رسول الله قال اذا وسد الأمر إلى غير أهله فا نتظر الساعة
Artinya: “Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. (Waktu itu) ada seorang sahabat yang bertanya, apa (indikasi) menyia-nyiakan amanah itu ya Rasul? Beliau menjawab: “Apabila suatu perkara diserahkan orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”. (H. R. Bukhori)

Dari penjelasan Al Qur’an surat al-Mukminun 8-11 dan kedua Hadits di atas dapat diambil suatu benang merah bahwa dalam ajaran Islam seorang pemimpin harus mempunyai sifat amanah, karena seorang pemimpin akan diserahi tanggung jawab, jika pemimpin tidak memiliki sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya. Selain bersifat amanah seorang pemimpin harus mempunyai sifat yang adil. Hal tersebut ditegaskan oleh Allah dalam firmannya:

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat (Q. S. al- Nisa’: 58)

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan… (Q. S. al-Nahl: 90)

Dari penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung jawab, profesional dan keikhlasan. Sebagai konsekuensinya pemimpin harus mempunyai sifat amanah, profesional dan juga memiliki sifat tanggung jawab. Kepemimpinan bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan melayani untuk mengayomi dan berbuat seadil-adilnya. Kepemimpinan adalah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak yang seadil-adilnya. Kepemimpinan semacam ini hanya akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.